Senirupa modern adalah karya seni rupa yang telah mengalami perubahan, pembaharuan dan kemajuan diberbagai aspek baik dari segi tema, gaya, bentuk, dan bahan.Adapun ciri-ciri gaya senirupa modern adalah bentuknya unik, wujud karya terkesan aneh, dan corak, bentuk, serta gayanya tampak bebas. z0NK8ku. Gaya sering juga disebut corak atau aliran seni rupa. Gaya yang berkembang dan ada saat ini memiliki macam yang cukup banyak seiring dengan perkembangan seni. Pada zaman dahulu, ekspresi seni rupa manusia masih sangat sederhana. Namun di zaman modern sekarang, ekspresi tersebut sudah berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan zaman modern. Secara garis besar, gaya seni rupa bisa dibagi menjadi 3 yaitu tradisional, modern, dan post modern. Untuk penjelasan lebih lengkapnya silahkan simak dibawah ini. Daftar Isi1 Gaya Seni Rupa Gaya Nonrepresentatif atau Abstrak2 Gaya Seni Rupa Gaya Gaya Klasik3 Gaya Postmodern Gaya Seni Rupa Modern Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa-bangsa di muka bumi pun mengalami banyak perubahan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan-perubahan tersebut juga berimbas pada dunia kesenian termasuk seni rupa. Gaya seni rupa yang awalnya tradisional pun berubah menjadi modern. Kemajuan yang terjadi di benua Eropa juga berimbas pada bangsa-bangsa di Asia termasuk juga Nusantara. Kemajuan, perubahan, dan pembaruan inilah yang disebut dengan modern. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan gaya seni rupa modern adalah corak seni rupa yang sudah mengalami perubahan, kemajuan, dan pembaruan. Secara umum, modernisasi gaya seni rupa bisa dibagi menjadi 3 yaitu gaya representatif, gaya deformatif, dan gaya non representatif. Representatif Kata representatif mengandung pengertian sesungguhnya, nyata, dan sesuai dengan keadaan. Perwujudan gaya seni rupa representatif menggambarkan keadaan yang nyata pada kehidupan masyarakat atau keadaan alam. Gaya seni rupa representatif sendiri bisa dibagi menjadi 3 yaitu romantis, naturalis, dan realis. Romantisme Istilah romantisme berasal dari dua kata yaitu roman yang berarti cerita dan isme yang berarti aliran atau gaya. Romantisme adalah aliran atau gaya seni rupa yang penggambarannya mengandung cerita manusia atau binatang. Pelaku seni rupa mancanegara yang mempelopori penggunaan gaya seni rupa romantisme antara lain Fransisco Goya dari Spanyol dan Aturner dari Inggris. Pelaku seni rupa di Indonesia yang mempelopori penggunaan gaya ini adalah Raden Saleh. Lukisan Fransisco Goya Berjudul El Quitasol via Naturalisme Istilah naturalisme berasal dari dua kata yaitu nature yang berarti alam dan isme yang berarti aliran atau gaya. Naturalisme adalah gaya seni rupa yang penggambarannya sesuai dengan keadaan alam yang ada. Pelukis yang menggunakan gaya ini pada umumnya mengambil pemandangan alam sebagai objeknya. Pelaku seni rupa mancanegara yang menggunakan gaya ini antara lain Rubens, Gainsborough, Claude, Turner, dan Constable. Perupa Indonesia yang menggunakan gaya ini antara lain Wakidi, Abdullah Suryosubroto, Mas Pringadi, dan Basuki Abdullah. Lukisan Gainsborough Berjudul Tuan Dan Nyonya Andre via Realisme Istilah realisme berasal dari dua kata yaitu reak yang berarti nyata dan isme yang berarti aliran atau gaya. realisme adalah gaya seni rupa yang penggambarannya sesuai dengan kenyataan yang ada, Perupa nusantara yang menggunakan gaya ini antara lain Trubus, Tarmizi, dan Dullah. Deformatif istilah deformatif berasal dari kata deformasi yang berarti perubahan bentuk. Bentuk alam diubah sedemikian rupa sehingga menghasilkan bentuk baru, namun masih menyerupai bentuk aslinya. Gaya seni rupa deformatif dibagi menjadi 3 yaitu surealis, impressionis, ekspresionis, dan kubistis. Surrealisme Istilah surealisme berasal dari tiga kata yaitu sur yang berarti melebih-lebihkan, real yang berarti nyata, dan isme yang berarti gaya atau aliran. Dengan kata lain, surrealisme adalah aliran atau gaya seni rupa yang penggambarannya melebih-lebihkan kenyataan, sampai ada yang menyebutnya otomatisme psikis yang murni atau alam mimpi. Perupa mancanegara yang menggunakan gaya ini adalah Salvador Dali. Lukisan Karya Salvador Dali via Impressionisme Impressionisme berasal dari dua kata yaitu impression yang berarti kesan dan isme yang berarti gaya atau aliran. Dengan kata lain, impressionisme adalah gaya seni rupa yang penggambarannya sesuai dengan kesan saat objek tersebut dilukis. Gaya seni rupa impressionisme dipelopori penggunaannya oleh George Seurat, Paul Cezanne, Claude Monet, dan Paul Gauguin. Perupa Indonesia yang menggunakan gaya ini adalah S. Sudjojono. Lukisan Karya George Seurat via Ekspresionisme Ekspresionisme berasal dari dua kata yaitu expression yang berarti ungkapan jiwa yang spontan dan isme yang berarti gaya atau aliran. Ekspresionisme adalah gaya seni rupa yang penggambarannya sesuai dengan keadaan jiwa perupanya yang spontan pada saat sedang melihat objek. Penggunaan gaya seni rupa ekspresionisme dipelopori oleh seorang pelukis asal negeri Belanda bernama Vincent Van Gogh. perupa nusantara yang menggunakan gaya ini adalah Affandi. Lukisan Karya Vincent Van Gogh Berjudul Starry Night via Kubisme Kubisme berasal dari dua kata yaitu kubus yang berarti bidang atau bentuk segi empat dan isme yang berarti aliran atau gaya. Kubisme adalah gaya seni rupa yang penggambarannya berupa bidang segi empat atau bentuk dasarnya adalah kubus. Gaya seni rupa kubisme dipelopori penggunaannya oleh seorang pelukis Italia bernama Pablo Picasso. Perupa nusantara yang mengikuti jejak Picasso antara lain Mochtar Apin, Srihadi, But Mochtar, dan Fajar Sidik. Lukisan Karya Pablo Picasso via Gaya Nonrepresentatif atau Abstrak Nonrepresentatif atau abstrak mengandung pengertian berupa bentuk yang sulit dikenali. Gaya yang lebih sederhana dan sama sekali meninggalkan bentuk alam. Karya seni rupa absrak berupa garis, bentuk, dan warna yang terbebas dari bentuk alam. Gaya Seni Rupa Tradisional Masyarakat yang kebudayaannya masih bersifat tradisional memiliki gaya seni rupa yang terbilang sederhana dan tidak mengalami perubahan dari masa ke masa. Gaya tradisional bisa dibagi menjadi 2 yaitu primitif dan klasik. Gaya Primitif Gaya Primitif adalah gaya yang memiliki ciri-ciri sederhana baik dalam segi bentuk maupun warnanya. Untuk contoh misalnya saja karya seni rupa suku asmat di papua, seni suku aborigin di australia, gaya mesir kuno, dll. Gaya Klasik Pada gaya klasik, seni rupa sudah berkembang dari yang sederhana menjadi lebih kompleks, rumit, dan ornamental. Untuk contohnya adalah seni rupa di nusantara pada masa perkembangan Hindu-Buddha seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Relief Candi Borobudur via Gaya Postmodern Postmodern atau disingkat Posmo adalah gaya seni rupa sesudah modern. Seiring dengan berkembangnya budaya, seni rupa juga akan mengalami perkembangan gaya. Jika seni rupa tradisional memiliki ciri ornamental, seni rupa modern memiliki ciri penyederhanaan bentuk, maka gaya seni rupa postmodern memiliki ciri perpaduan antara penyederhanaan bentuk dan sedikit ornamental. gaya postmodern cenderung lebih bebas dan tidak memiliki aturan tertentu. Eksplorasi unsur seni rupa banyak dilakukan untuk gaya ini. Kritik sosial dan kemasyarakatan merupakan tema yang banyak digunakan pada karya-karya seni rupa bergaya posmodern. Aliran Dan Gaya Seni Rupa The current Balinese culture is the result of the acculturation of the local culture and those that come from outside the island. The acculturation process brings about a variety of styles and ornamental hybrids that can be identified apparently in architecture, dance, clothing, and of course visual art. This paper attempts to find out the spirit of the transformation by reading the history of art. The aesthetics of Balinese visual art is based on the combination concept of the classical Balinese painting and the Western modern art movements. The study is done by studying the achievements accomplished by the Pita Maha. Significant changes have taken place in the framework of Balinese art. From the technical point of view, the introduction of paper, plywood and canvas as painting media provides new stylistic opportunities. Meanwhile from the thematic perspective, secularization of representation occurs; it no longer performs the religious function but holds an economic value. Strong influence of modern science is seen at the organization of space in the composition, perspective and anatomical consideration. Wayang shadow puppet figures are not dominated by formal form anymore. Keywords Balinese Art, Classical Art Kamasan, Puppet, Acculturation, Pita Maha. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free AbstrActe current Balinese culture is the result of the acculturation of the local culture and those that come from outside the island. e acculturation process brings about a variety of styles and ornamental hybrids that can be identied apparently in architecture, dance, clothing, and of course visual art. is paper attempts to nd out the spirit of the transformation by reading the history of art. e aesthetics of Balinese visual art is based on the combination concept of the classical Balinese painting and the Western modern art movements. e study is done by studying the achievements accomplished by the Pita Maha. Signicant changes have taken place in the framework of Balinese art. From the technical point of view, the introduction of paper, plywood and canvas as painting media provides new stylistic opportunities. Meanwhile from the thematic perspective, secularization of representation occurs; it no longer performs the religious function but holds an economic value. Strong inuence of modern science is seen at the organization of space in the composition, perspective and anatomical consideration. Wayang shadow puppet gures are not dominated by formal form Balinese Art, Classical Art Kamasan, Puppet, Acculturation, Pita ragam budaya Bali yang kini berkembang tidak dapat dilepaskan dari dinamika sejarah Bali masa lampau. Kesenian Bali bertautan erat dengan upacara agama Hindu yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Bali. Semua bentuk kesenin di Bali pada mulanya ada kecenderungan untuk menunjang dan mengabadikan kehidupan upacara keagamaan Hindu di Bali. Begitu pula pada kehidupan seni lukisnya yang juga memiliki andil besar terutama dalam upacara-upacara agama Hindu di tempat-tempat pemujaan yang terdapat di seluruh pelosok daerah Bali. Lukisan dianggap sebagai dasar dan bentuk ekspresi kesenian tinggi di Bali. Karya seni tersebut menjadi artefak yang sangat berharga dalam kehidupan ritual dalam tradisi Bali. Artefak ini sebagai alat untuk pemenuhan kebutuhan rohania tentu saja dalam hal pembuatannya baik yang menyangkut penentuan bentuk maupun pemilihan dekorasinya akan terikat oleh adanya aturan-aturan tertentu yang berhubungan dengan masalah keagamaan. Sebagian dari hal ini disebabkan karena pentingnya upacara tradisional dan hiasan di masa lalu yang merupakan semacam dokumentasi mitologi dan keagamaan. Budaya Bali sekarang adalah hasil akulturasi budaya lokal dan budaya yang datang dari luar Bali sehingga dapat dilihat beragam gaya dan ornamentik dari berbagai pencampuran tersebut dapat dilihat pada arsitektur, tarian, pakaian hingga seni rupanya. Mengenai pencampuran kebudayaan ini seperti yang diungkapkan Timbul Haryono bahwa kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa pada umumnya Pita Maha Koalisi’ EstEtiK sEni luKis KlasiK Bali dEngan sEni RuPa ModERni gEdE aRya sucitRa A RS Jurnal Seni Rupa & Desain 6Nomor XV / Januari - April 2012dapat disebut maju atau berkembang, apabila di dalamnya terdapat anasir budaya baru. Tumbuhnya anasir budaya baru itu bisa terjadi karena dua kemungkinan, yaitu karena ada penemuan invensi atau karena ada pencampuran akulturasi. Terjadinya proses akulturasi juga disebabkan oleh karakter masyarakat penyangga kebudayaan tersebut, Soedarsono berpendapat bahwa masyarakat Bali sangat dikenal sebagai masyarakat yang sangat terbuka, namun juga sangat kreatif. Pengaruh dari luar seperti apapun setelah jatuh ke tangan seniman Bali selalu lebih berciri Bali. Pada titik ini dapat dicermati bahwa dengan keterbukakaan kreatifnya’ masyarakat Bali mampu menyelaraskan kebudayaan luar yang masuk dan disesuaikan dengan kekayaan lokal jenius ahli yang mengkaji hal ini, menegaskan bahwa unsur dari luar menjadi faktor dominan dalam pembentukan budaya Bali. Dijelaskan oleh Claire Holt dalam buku Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia terjemahan Soedarsono bahwa penyebaran ini dibawa langsung oleh para pendeta atau biarawan dari India, dan juga tercampur lewat kontak dengan kerajaan Hindu di Jawa. Hal itu ditambah dengan kontak-kontak dengan Cina dan beberapa daerah di India Belakang Asia Tenggara mungkin telah menyumbangkan pembentukan kebudayaan Bali dan seninya. Sedemikian besar pengaruh kebudayaan Hindu Jawa pada kebudayaan Bali khususnya dalam seni lukis. Menurut data arkeologis, seni rupa prakolonial Bali adalah warisan dari tatanan ideo-religius budaya agraris Hindu-Buddha yang berkembang di Bali sejak paling sedikit abad ke-10, ketika didirikan kerajaan-kerajaan “ter-India-kan” yang pertama. Sementara seni lukis baru dikenal sekitar abad ke-11, ketika sejumlah prasasti yang dikeluarkan ÂŹoleh Raja Anak Wungsu memberikan tanda-tanda adanya kelompok yang mempunyai kelompok yang mempunyai keahlian melukis. Dalam analisa Jean Counteau, seorang antropolog dari Prancis, ragam budaya Bali pra-penjajahan merupakan pembauran antara unsur pribumi lokal dengan aneka unsur Indo-Jawa, yang terutama masuk menyusul invasi Majapahit tahun 1343. Selanjutnya bentuk seni rupa di Bali mengalami perkembangan yang berbeda dengan daerah di Jawa. Bentuk perubahan ini bersifat sebagai penyesuaian terhadap karakter orang Bali yang ekspresif, dengan kasar dalam lelucon serta bersungguh-sungguh; mewah dengan warna-warna emas dan terang musiknya, walaupun kaya dan melodis, adalah karakteristik eksplosif meledak-ledak. Dalam pandangan Alvin Bosko ada dua teori tentang perubahan sosial budaya, yaitu teori-teori eksternal dan internal. Teori eksternal memandang bahwa inti terjadinya perubahan budaya disebabkan oleh adanya kontak antar-budaya berbeda, sedangkan perubahan internal disebabkan oleh adanya dorongan perubahan dari dalam masyarakat itu sendiri. Untuk menguatkan pandangan di atas, William A. Haviland mengemukakan bahwa mekanisme yang terlibat dalam perubahan kebudayaan antara lain adalah akulturasi. Seiring perkembangan kebudayaan dan pengaruh dari luar tersebut, maka berkembang pula teknis penciptaan, bentuk, fungsi dan makna dari lukisan tradisional Bali. Pokok permasalahan tulisan ini akan melacak perkembangan dan menganalisa proses akulturasi estetik antara seni lukis Bali klasik gaya Kamasan dengan persentuhan pengetahuan seni rupa modern yang diperkenalkan pelancong Barat yang masuk melalui proses kolonisasi penjajahan Belanda pada awal abad ke-20. Selanjutnya akan ditemukan varian-varian turunan seni rupa di Bali dan dengan segala perbedaan konsep, tema, material lukis hingga teknis penciptaannya. Perpaduan ini kemudian melahirkan seni lukis Pitamaha yang Pita Maha Koalisi’ Estetik Seni Lukis Klasik Bali dengan Seni Rupa Modern A RS Jurnal Seni Rupa & Desain 7Nomor XV / Januari - April 2012berkembang pesat pada era 1930-an di desa Ubud, Gianyar seni ruPa klasik BaliUntuk mengetahui perkembangan kesenian di desa Kamasan, dapat diamati pada peninggalan artefak sebagai bukti perjalanan kebudayaan di desa tersebut. Berdasarkan bukti arkheologis yang ditemukan seperti tahta-tahta batu, menhir, lesung batu, palungan batu, monolith yang berbentuk silinder, batu dakon, lorong-lorong jalan yang dilapisi batu kali, ditemukan tersebar di desa-desa Kamasan dan sekitarnya seperti Tojan, dan Gelgel. Hal ini menandakan bahwa, komunitas di sekitar Kamasan berumur cukup tua, serta menunjukkan juga bahwa ketrampilan teknik tradisi megalithik telah mereka kenal sebelum kedatangan pengaruh Hindu. Ketrampilan para undagi dan ke-pande-an yang berasal dan tradisi megalithik ini telah diturunkan kepada generasi berikutnya. Pada jaman Gelgel, oleh raja Gelgel Ida Dalem para pande dimanfaatkan untuk memproduksi benda-benda logam berukir seperti bokor, dulang, pinggan, tempat minum dan benda-benda lainnya yang digunkan sebagai perlengkapan rumah tangga, perhiasan maupun benda-benda perlengkapan Keraton Suweca Linggaarsa Pura Gelgel. Selain seni ukir berkembang pula seni lukis wayang sebagai hiasan di atas kain yang berupa bendera Kober, umbul-umbul, lontek, dan hiasan ider-ider, tabing dan parba. Lebih jelas lagi dengan adanya tulisan yang menyebutkan bahwa pada waktu Dalem Ketut Semara Kepakisan Raja Bali setelah mengikuti upacara Sradda di Majapahit pada tahun 1362 membawa sekeropak Wayang kesenian. Seni tari topeng dan wayang disebut dengan istilah Parbhyang Prasasti Benetin bertahun Saka 818 atau 896 Masehi dan juga istilah Aringgit pada masa raja Anak Wungsu, 1045-1071 Masehi. Istilah tersebut tidak jauh beda dengan istilah bahasa Jawa halus untuk wayang, juga disebut Ringgit. Pada salah satu prasasti itu terdapat goresan bermotif wayang yang menggambarkan ÂŹBatara Siwa. Perkembangan seni lukis ini selanjutnya terlihat nyata pada naskah-naskah ÂŹkuno yang berupa lontar-lontar. Kitab lontar biasanya berisikan cerita legenda ataupun cerita wayang, dengan menggunakan ilustrasi gambar yang selalu tampil indah. Gaya yang dipakai ialah seperti tampak pada pahatan dinding candi zaman Majapahit, yaitu gaya wayang dengan komposisi bidang datar yang padat dan sarat stilisasi. Gaya lukis pada lontar inilah yang rupanya menjadi cikal bakal perkembangan seni lukis Bali klasik. Seni lukis yang dikenal pada waktu itu didominasi oleh genre wayang’; yaitu merupakan ilustrasi naratif baik cerita maupun ikonogranya diturunkan langsung dari kesenian wayang. Seni lukis tradisional yang paling menonjol sampai saat ini di Bali adalah seni lukis klasik gaya Kamasan. Pelukis-pelukis Kamasan biasanya anonim dan merupakan pusat kesenian tradisional Bali yang berhubungan dengan pahlawan-pahlawan epos seperti Arjuna, Rama, Abimanyu, dan Hanuman. Fokus dari lukisan mereka terutama pemandangan-pendangan atau episode yang membawakan pesan-pesan orang suci, keberanian, kekuatan, peperangan, pembaktian diri dan kebijaksanaan yang banyak terdapat dalam Mahabharata dan Ramayana. Fungsi dari seni lukis pada waktu itu terutama untuk kepentingan adat, pura dan puri. Seni lukis dipersembahkan untuk hiasan pura, ritual agama, balai adat, serta untuk menghias tempat tinggal raja dan punggawa. Tema lukisan dari cuplikan epos Ramayana, Mahabrata, cerita legenda setempat seperti Malat Panji, Cupak Grantang, Calonarang serta sejumlah cerita tantri lainnya. Di wilayah Bali Aga di Karangasem, tepatnya di desa Julah, berkembang seni lukis wayang Pita Maha Koalisi’ Estetik Seni Lukis Klasik Bali dengan Seni Rupa Modern A RS Jurnal Seni Rupa & Desain 8Nomor XV / Januari - April 2012Pita Maha Koalisi’ Estetik Seni Lukis Klasik Bali dengan Seni Rupa Modernyang bentuknya lebih sederhana dibandingkan dengan seni wayang Kamasan. Di Ubud seni lukis klasik yang berkembang sangat menyerupai seni lukis wayang Kamasan. Sekitar pertengahan abad ke-19 di desa Kerambitan berkembang seni lukis wayang yang menampilkan bentuk dan ekspresi wajah yang kuat dengan pemanjangan pada bentuk kaki dan tangan sehingga menjadi berbeda dengan gaya dari segi motif lukisannya menekankan pada motif wayang dengan corak yang bersifat dekoratif. Dengan latar belakang sosiokultural dan religius masyarakat Hindu yang dibawa Majapahit, masyarakat mendapatkan pengalaman estetiknya lewat ritual upacara dan cerita-cerita dari kitab ajaran yang menjadi pedoman dalam kehidupan tiap anggota masyarakatnya. Karya-karya yang ditampilkan merupakan ilustrasi naratif baik cerita maupun ikonogranya diturunkan langsung dari kesenian wayang. Kebudayaan tradisional yang bersifat kolektif di Bali menghasilkan karya-karya seni rupa yang bersifat simbolis dan bernilai sakral. Di Bali lukisan tradisional merupakan bagian dari berbagai upacara Punca Yadnya yang diterapkan pada Tubing, Ider-ider, Langse serta Kober, demikian juga halnya dengan lukisan wayang klasik gaya Kamasan, serta Rerajahan yang biasanya dikerjarupakan oleh sangging sehingga karya tersebut punya nilai taksu. Pelukis termasyur yang melukis dengan gaya klasik adalah Nyoman Mandra dari tradisional/klasik masih merupakan tradisi yang hidup di kalangan seniman-seniman di desa-desa seperti Kamasan Klungkung, Amlapura Karangasem, Krambitan Tabanan, Nagasepaha Buleleng, Bedahulu, Pengosekan, dan Sebatu Gianyar.Berikut beberapa karya lukisan Klasik Bali gaya Kamasan. A RS Jurnal Seni Rupa & Desain 9Nomor XV / Januari - April 2012LAhirnyA PitA MAhA sebuAh KoALisi estetiK yAng eLegAnGelombang perubahan pada Seni Rupa Bali pada dekade awal abad ke-20 memasuki dunia baru dengan kedatangan bangsa Barat yang masuk lewat kolonisasi oleh Belanda. Bila dirunut lebih jauh masuknya pengaruh bangsa asing dimulai dengan invasi Belanda di Bali, Belanda sejak awal abad ke-19 berusaha menguasai Bali lewat ikatan-ikatan perjanjian dengan raja-raja dan perorangan atas kekuasaannya. Setelah Belanda melakukan penaklukan raja-raja di Bali pada tahun 1845 hingga 1908 yang kemudian membuka celah perubahan seluruh landasan sosial politik seni rupa prakolonial Bali. Diberlakukannya politik ekonomi liberal sekitar tahun 1870-an oleh pemerintah Hindia Belanda, mendorong kemakmuran bagi kelompok masyarakat Belanda hal ini menimbulkan beberapa perubahan pada kehidupan kesenian di Bali yang mengalami kecendrungan untuk lebih terbuka dengan banyak hal baru yang dibawa bersama kedatangan bangsa asing. Dampak penaklukan Bali oleh Belanda langsung terasa pada seni rupa. “Pasaran” baru terbuka produksi bertambah secara drastis melampaui permintaan religius dan kuasi-religius prakolonial. Dan oleh karena “pasaran” tidak lagi membutuhkan simbol-simbolagama, tema-tema langsung berubah. Selain itu, oleh karena bahan dan alat baru untuk memperkaya teknik melukis dan efektivitas mulai beredar, dinamika stilistik pada karya seniman pribumi dipercepat. Semakin Bali di-bali-kan. Semakin siap dikonsumsi. Evolusi seni rupa Bali dimulai di Buleleng Bali Utara, meski menyangkut segi yang sekunder. Pada awal abad ke-19 sudah dibuat gambar dari kertas yang hanya berisi satu adegan saja dan bukan narasi lengkap yang menampilkan serentet aneka adegan naratif. Pada akhir abad ke-19 di Singaraja, Van Der Tuuk, seorang ahli linguistik Belanda, memesan beberapa gambar pada beberapa informannya, dan gambar tersebut sudah memperlihatkan awal dari strukturasi ruang, menggantikan penempatan unsur ikonik secara sejajar, baik horizontal maupun vertikal. Pada awal abad ke-20 pematung-pematung Buleleng sudah menempatkan unsur tematika baru misalnya orang bersepeda dalam ukiran relief puranya. Pita Maha Koalisi’ Estetik Seni Lukis Klasik Bali dengan Seni Rupa ModernGambar 1. gambar di halaman sebelah Lukisan gaya Kamasan, “Kematian Abimayu”, akhir abad ke-19, bahan tradisional, 100x106 cm. Suteja Neka dan Garrett Kam, 2000, 13.Gambar 2. gambar di halaman sebelah Karya I Nyoman Mandra, 1972, “The Death of Subali”, tinta Cina dan pewarna alami di kain, 71 x cm. Garrett Kam,1993, 138.Gambar 3. atas Gambar Palalintangan ilmu perbintangan, karya I Gusti Mangku Putu Kebyar, 1991. Garrett KAM,1993, 35.Gambar 4. bawah Lukisan dari bagian Palalindon ilmu mengenai gempa bumi yang merupakan bagian ilustrasi dari langit-langit Bale Kerta Ghosa, Klungkung. Garrett Kam,1993, 49. A RS Jurnal Seni Rupa & Desain 10Nomor XV / Januari - April 2012Pita Maha Koalisi’ Estetik Seni Lukis Klasik Bali dengan Seni Rupa ModernHal-hal itu sudah memperlihatkan meresapnya unsur-unsur baru pada tatanan seni rupa awal abad ke-20, akhir dasawarsa ’20-an, serta dasawarsa ’30-an, ditengarai terjadi suatu fenomena unik, yaitu intervensi langsung dari seniman Barat yang kelak akan memberikan corak tersendiri pada perkembangan seni pedesaan Bali selanjutnya. Mitos Bali sebagai “surga” dengan berbagai macam sebutan eksotisnya seperti Adrian Vickers “ Bali Paradise Created” mengatakan sebuah pulau surga terakhir’ yang memiliki masyarakat artistik yang harmoni dengan alam, atmosfer hidup yang erotik,
.pulau tereksotik dari yang paling eksotik se Asia-Pasik. Peneliti asing dan juga seorang pelukis, budayawan Meksiko, Miguel Covarrubias juga melakukan penelitian yang sangat detail lengkap dengan ilustrasi gambar tangan dan fotogra terutama mengenai pola hidup, kesenian hingga religi masyarakat Bali dalam buku yang sangat melegenda yaitu “Island of Bali”. Daya pukau dari Bali yang dieksotikkan oleh citra wisata kaum kolonial tersebut menarik penjelajahan beberapa seniman asing mulai datang dan menetap, hidup dan berinteraksi dengan para seniman lokal di Bali. Dan diantaranya yang paling terkenal dan berproses kreatif bahkan menetap di Bali adalah gur Walter Spies warga Jerman 1895-1942 dan Rudo Bonnet warga Belanda 1895-1978 yang keduanya akan memainkan peran yang menentukan dalam evolusi seni Bali selanjutnya. Spies datang ke Bali pada tahun 1927 yang disusul setahun kemudian oleh Bonnet. Spies dan Bonnet tinggal di tengah masyarakat Ubud di bawah naungan puri Ubud, Gianyar. Di dalam situasi tersebut dan sebagai seniman, mereka menyaksikan secara langsung perkembangan seni komersial di atas kemerosotan mutunya. Maka lahirlah gagasan untuk membangun dua lembaga yang mampu membantu mengembangkan kesenian Bali sesuai bentuknya dan menjaganya dari kerusakan pengaruh turisme. Hal pertama adalah membangun museum Bali yang kini bernama Museum Puri Lukisan berlokasi di Ubud selain sebagai tempat pelestari budaya Bali juga memilih karya-karya terbaik seniman Bali. Kemajuan perupa Bali dibawah asuhan Walter Spies dan Rudolf Bonnet memberikan inisiatif kepada tokoh budayawan dan seniman antara lain Cokorda Gde Agung Sukawati, Walter Spies dan Rudolf Bonnet untuk membentuk perkumpulan dengan nama Pita Maha yang didirikan pada tanggal 29 Januari 1936 di Ubud. Mereka menyebutnya sebagai the spiritual home of modern art. Figur Walter Spies dan Rudolf Bonnet dianggap guru’ oleh seniman Bali tradisional. Kedekatan antara mereka dengan seniman lokal khususnya Gusti Nyoman Lempad yang merupakan tetangga dari Walter Spies di desa Ubud, menciptakan suasana kreatif estetik. Dimulai dengan pertemanan, lalu mulai melukis dari obyek yang bersamaan mereka mendapatkan pengalaman-pengalaman baru. Seperti yang disampaikan oleh Soedarsono di atas perihal karakter orang Bali yang sangat terbuka dan kreatif, proses transfer ide dan gagasan dalam menilai karya seni antara seniman asing dan seniman lokal terjadi sangat intens dan intim, seni rupa Bali mulai berubah kearah modern. Interaksi persahabatan itu menimbulkan suasana saling memotivasi dalam proses kreatif dua sahabat itu selanjutnya. Rudolf Bonnet banyak memberikan pengetahuan tentang anatomi, komposisi warna dan teknik, sedangkan Walter Spies lebih banyak memberi pengaruh pada bidang ora yaitu pada bentuk pohon yang tumbuh di alam sehingga gaya lukisan lebih naturalistik, namun juga memberikan teori modern Barat, pemberian material seni rupa, bantuan pemasaran dan nasehat sesaat. Hal ini kelak menandakan suatu A RS Jurnal Seni Rupa & Desain 11Nomor XV / Januari - April 2012Pita Maha Koalisi’ Estetik Seni Lukis Klasik Bali dengan Seni Rupa Modernperubahan tematik yang mendasar pada dunia seni lukis Bali. Berikut di bawah ini dapat dilihat karya-karya dari dua pelukis Eropa di atas yang sudah mengadaptasikan lingkungan budaya sekitar Bali melalui media lukisan dengan teknik melukis modern pembaharuan Pita Maha bimbingan Spies dan Bonnet menurut Jean Couteau menghasilkan puluhan seniman bermutu, terbagi dalam beberapa aliran pedesaan, yang mencakup baik seni patung maupun seni lukis antara lain Aliran seni ukir “halus”, aliran seni lukis Ubud, aliran seni lukis Batuan, aliran gaya Pita Maha juga berkembang Sanur dengan gaya lukisan yang terinspirasi oleh laut dan kehidupan sehari-hari. Salah satu ideologi yang ditawarkan Spies dan Bonnet melalui Pita Maha adalah perluasan dalam horizon penciptaan. Jika sebelumnya pada ideologi seni lukis klasik Kamasan, tema lukisan seputar mitologi, kesucian dan spiritualitas, lalu oleh Pita Maha bahwa tema seni lukis Bali tidak harus berputar kepada mitologi, tidak semustinya terkungkung oleh kekhusyukan religi. Bahwa seni Lukis Bali seharusnya memiliki sifat individual sebagaimana kaum modernis Eropa dan Amerika menawarkan secara konsepsual. Dan bahwa seni lukis Bali boleh saja sekuler. Kelompok Pita Maha ini menghasilkan pelukis-pelukis “tradisional modern” seperti , Ida Bagus Made Poleng, Ida Bagus made Nadera, sampai Ketut Regig. Bahkan sebagian nampak “sangat modern” sebagaimana yang dipresentasikan oleh Anak Agung Gde Sobrat, Ketut Regig dan Dewa Putu Bedil. Aktivitas Pita Maha praktis berhenti ketika perang dunia II meletus dan memaksa Rudolf Bonnet melarikan diri dari Bali akibat diusir bangsa Jerman dan Walter Spies wafat di laut Makasar akibat kapalnya di bom Jepang pada 1942. Transformasi terjadi di dalam kontinuitas, denyut nafas Pita Maha sempat diperpanjang staminanya oleh kehadiran Golongan pelukis Ubud tahun1956, sempat disela oleh “ideologi” seni lukis lain seperti Young Artis di Penestanan asuhan Arie Smith tahun 1960. Pada generasi tahun 1980-an lahirlah era seni lukis pasca Bonnet yaitu Pita Prada. Munculnya aliran baru Gambar 5. Karya Rudolf Bonnet “Arjuna Wiwaha” 1953, pastel pada kertas, 88 x 74 cm. Yayasan Dharma Seni Museum Neka, 2007, 68.Gambar 6. Karya Walter Spies “Die Landschaft und ihre Kinder” cat minyak pada papan, 62 x 91 cm. M. Agus Burhan, 2008, 35. A RS Jurnal Seni Rupa & Desain 12Nomor XV / Januari - April 2012Pita Maha Koalisi’ Estetik Seni Lukis Klasik Bali dengan Seni Rupa Modernini berusaha menyingkirkan bayang-bayang Pita Maha dengan cara mencari identitas personal dengan berguru kepada situasi dunia modern yang dipenuhi teknologi informasi. Berikut beberapa karya-karya seniman Pita 8. Karya I Gusti Ketut Kobot, 1953, “Coiled by the Serpent Lasso”, tinta dan tempera di kertas, 53 x 73 cm. Suteja Neka dan Garrett Kam, 2000, 14.Gambar 9. atas Karya Anak Agung Gde Sobrat, 1970, “Bumblebee Dance”, tinta dan tempera di kanvas, 97 x 132 cm. Suteja Neka dan Garrett Kam, 2000, 22.Gambar 10 bawah. Karya Dewa Putu Bedil, 1975, “Ritual Flirtation Dance”, akrilik di kanvas, 85 x 135 cm. Suteja Neka dan Garrett Kam, 2000, 21.Gambar 7. Karya I Gusti Nyoman Lempad, 1930-an, “The Children Distrub Mother Brayut”, Tinta dan tempera di kertas, 24 x 33 cm. Suteja Neka dan Garrett Kam, 2000, 68. A RS Jurnal Seni Rupa & Desain 13Nomor XV / Januari - April 2012Pita Maha Koalisi’ Estetik Seni Lukis Klasik Bali dengan Seni Rupa ModernkesimPulanDari deskripsi di atas, tampak selama abad ke-20 seni rupa Bali telah mengalami perubahan dengan masuknya kebudayaan luar terutama akibat intervensi penjajah Belanda. Akulturasi tersebut mengakibatkan perombakan besar-besaran pada sistem formal dan tematis melalui beberapa tahap. Perombakan itu berupa asimilasi langsung, atau tidak langsung dari elemen bahasa formal Barat, baik dalam ragam realis analitis maupun dalam aneka ragam modernisme sehingga melahirkan gerakan organisasi Pita melihat cikal bakal seni lukis Bali melalui seni lukis klasik yang hampir semua karya memiliki fungsi religius, dan agama turut menentukan baik tempat, wujud, maupun penggunaan karya yang bersangkutan. Adapun seniman pada masa tersebut sebagai manipulator lambang dan fungsi agama, selain harus ditasbih dengan pembaiatan tersendiri, dapat dapat mulai berkarya tanpa mempertimbangkan “dewasa” positif dan negatif serta melakukan upacara kecil terkait. Pada sisi kebentukan formal, karya klasik memiliki tatanan estetik yang baku ruang penuh, ikon, dan subikon Gambar 11. Karya I Gusti Nyoman Lempad, 1939, “Protection of The Barong” Tinta dan tempera di kertas, 24 x 33 cm. Suteja Neka dan Garrett Kam, 2000, 67. A RS Jurnal Seni Rupa & Desain 14Nomor XV / Januari - April 2012Pita Maha Koalisi’ Estetik Seni Lukis Klasik Bali dengan Seni Rupa Modernterpatron dan terulang-ulang, warna stabil dan dibatasi kontur, garis terkekang konsep seni lukis klasik Bali diperbandingkan dengan pencapaian pada gerakan Pita Maha telah terjadi perubahan penting pada tatanan seni rupa Bali, yakni dari sudut teknis, pengenalan media kertas, triplek dan kanvas membuka peluang stilistik yang baru. Tampak pada ukuran lukisan yang berubah; ider-ider, langse dan lukisan lainnya berukuran kecil, narasinya cenderung terfokus pada adegan tunggal. Dari sudut tematis, terjadi sekulerisasi dari representasi, tidak lagi memiliki fungsi religious dan mengandung nilai ekonomis. Objek mengambil kehidupan sehari-hari, alam, tarian dan ritual harian lainnya. Pengaruh pengetahuan modern yang kuat tampak pada terorganisirnya ruang dalam komposisi, mempertimbangkan perspektif dan anatomis. Figur wayang tidak mendominasi wujud formal. Namun akulturasi yang terjadi pada gaya Pita Maha bersifat terbatas. Unsur local genius yakni pada sisi landasan cerita dari epos Mahabrata, Ramayana, cerita Panji tetap menjadi daya tarik yang selalu disisipkan pada materi narasi karya seniman Pita akhir1. Timbul Haryono, Seni Pertunjukkan dan Seni Rupa dalam Perspektif Arkeologi Seni Surakarta ISI Solo Press, 2008, Joseph Fischer, “Persoalan-persoalan dan Kenyataan-kenyataan dalam Kesenian Bali Modern”, dalam Joseph Fischer, Modern Indonesian Art ree Generation of Tradition and Change 1945-1990 Jakarta and New York Panitia Pameran KIAS 1990-91 and Festival of Indonesia, 1990, Timbul Haryono, “ Sekilas Tentang Koalisi’ Antara Kebudayaan Islam dan Kebudayaan Tradisional di Jawa Studi Kasus Seni Pertunjukkan Wayang Kulit di Jawa”, dalam Timbul Haryono, ed., Seni Dalam Dimensi Bentuk, Ruang dan Waktu, Jakarta Wedatama Widya Sastra, 2009, 2. 4. Soedarsono, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, Edisi ketiga yang diperluas Yogyakarta Gadjah Mada University Press, 2002, Istilah tersebut memiliki pengertian sebagai kemampuan kebudayaan setempat local dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada waktu kedua kebudayaan itu berhubungan. Sebagai akibat dari hubungan itu terjadilah suatu proses akulturasi Noerhadi Magetsari, 1986.6. Claire Holt, Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia, terj. Soedarsono Bandung MSPI, 2000, 242, baca lebih lanjut pada bab 7 mengenai Seni Plastis Bali Tradisi Dalam Claire Holt, Alvin Bosko, “Recent eories of Social Change” dalam Warner J. Cahnman dan Alvin Bosko, ed., Sociology and History London e Free Press of Glencoe, 1964, 143-147. 9. Willian A. Haviland, Antropologi, jilid. 2, terj. Sukadijo Jakarta Erlangga, 1988, Eka Suprihadi dan Nunung Nurdjanti “ Vibrasi Seni Lukis Kamasan”, Laporan Penelitian, ISI Yogyakarta, Program Hibah Bersaing A2 2006, I Made Kanta, Proses Melukis Tradisional Wayang Kamasan Denpasar Proyek Sasana Budaya Bali, 1977/78, Wiyoso Yudoseputro, “Seni Rupa Klasik” dalam Moctar Kusuma-Atmadja, et al., ed., Perjalanan Seni rupa Indonesia Dari Zaman Prasejarah Hingga Masa Kini Bandung; Panitia Pameran KIAS 1990-1991, Jean Couteau, “Wacana Seni Rupa Bali Modern”, dalam Wicaksono, Adi dan Mikke Susanto, et al., ed., Aspek-aspek Seni Visual Indonesia Paradigma dan Pasar Yogyakarta Yayasan Seni Cemeti, 2003, 106. 14. Seni lukis klasik berkembang hampir di seluruh wilayah Bali. Gaya lukis seperti ini berkembang terutama di desa Kamasan, Klungkung sekitar abad XV, dan mendapatkan masa keemasan pada saat pemerintahan Dalem Watu Renggong. Oleh karena seni lukis di wilayah ini dianggap A RS Jurnal Seni Rupa & Desain 15Nomor XV / Januari - April 2012Pita Maha Koalisi’ Estetik Seni Lukis Klasik Bali dengan Seni Rupa Modernpengawal signikan dari seni lukis tradisional Bali, maka ia sering dikategorikan sebagai seni lukis Agus Dermawan T., Bali Bravo Leksikon Pelukis Tradisional Bali 200 tahun Jakarta Panitia Bali Bangkit, 2007, M. Agus Burhan, “Seni Lukis Mooi Indie sampai Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia 1950 – 1979 Kontinuitas dan Perubahan”. Disertasi untuk mendapatkan gelar Doktor Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei 2002, Jean Couteau, 2003, Adrian Vickers, Bali A Paradise Created Singapura Periplus Editions, 1996, Periksa Miquel Covarrubias, Island of Bali Singapore Periplus Editions, 1973. 20. Jean Couteau, 2003, Adrian Vickers, 1996, Jean Couteau, 2003, Lebih lengkapnya periksa Jean Couteau, 2003, Agus Dermawan .T, 2007, Agus Dermawan T., “Pita Prada Empat Puluh Tahun Setelah Pita Maha” dalam Agus Dermawan T., ed., Pita Prada Golden Creativity Bienle Seni Lukis Tradisional Bali Pertama Jakarta Panitia Bali Bangkit, 2009, Alvin. “Recent eories of Social Change” dalam Warner J. Cahnman dan Alvin Bosko, ed., Sociology and History. London e Free Press of Glencoe, M. Agus. “Seni Lukis Mooi Indie sampai Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia 1950–1979 Kontinuitas dan Perubahan”. Disertasi untuk mendapatkan gelar Doktor Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei Jean “Wacana Seni Rupa Bali Modern”, dalam Wicaksono, Adi dan Mikke Susanto, et al., ed., Aspek-aspek Seni Visual Indonesia Paradigma dan Pasar. Yogyakarta Yayasan Seni Cemeti, Miquel. Island of Bali. Singapore Periplus Editions, T., Agus. Bali Bravo Leksikon Pelukis Tradisional Bali 200 tahun. Jakarta Panitia Bali Bangkit, 2007. ___,ed. Pita Prada Golden Creativity Bienle Seni Lukis Tradisional Bali Pertama. Jakarta Panitia Bali Bangkit, Joseph.“Persoalan-persoalan dan Kenyataan-kenyataan dalam Kesenian Bali Modern”. dalam Joseph Fischer. Modern Indonesian Art ree Generation of Tradition and Change 1945-1990. Jakarta and New York Panitia Pameran KIAS 1990-91 and Festival of Indonesia, Timbul. Seni Pertunjukkan dan Seni Rupa dalam Perspektif Arkeologi Seni. Surakarta ISI Solo Press, “ Sekilas Tentang Koalisi’ Antara Kebudayaan Islam dan Kebudayaan Tradisional di Jawa Studi Kasus Seni Pertunjukkan Wayang Kulit di Jawa”, dalam Timbul Haryono, ed., Seni Dalam Dimensi Bentuk, Ruang dan Waktu. Jakarta Wedatama Widya Sastra, Willian A. Antropologi, jilid. 2, terj. Sukadijo. Jakarta Erlangga, Claire. Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia. terj. Soedarsono. Bandung MSPI, I Made. Proses Melukis Tradisional Wayang Kamasan. Denpasar Proyek Sasana Budaya Bali, 1977/ Suteja. Pengantar Koleksi Lukisan Museum Neka. Ubud Bali Yayasan Dharma Seni Museum Neka, dan Garrett Kam. e Development of Painting in Bali. Ubud Bali Yayasan Dharma Seni Museum Neka, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi. Edisi ketiga yang diperluas. Yogyakarta Gadjah Mada University Press, Eka dan Nunung Nurdjanti “ Vibrasi Seni Lukis Kamasan”. Laporan Penelitian, ISI Yogyakarta, Program Hibah Bersaing A2 Adrian. Bali A Paradise Created. Singapura Periplus Editions, Wiyoso. “Seni Rupa Klasik”. dalam Moctar Kusuma-Atmadja, et al. ed. Perjalanan Seni rupa Indonesia Dari Zaman Prasejarah Hingga Masa Kini. Bandung; Panitia Pameran KIAS 1990-1991. Arya SucitraIn making a contemporary work of art, takes creativity and awareness of locality values, traditional visual elements by taking a visualization of the past and present in socio-cultural discourse. The material object of the creation of this painting will develop the decorative elements of the Kamasan classical painting of Balinese tradition, with exploration in an alternative medium of fine art that is using three-dimensional of an organic object media, is buffalo skulls. The representations of works tend to be ornamental, adapting the character of shapes, and the philosophical content of Classical Kamasan paintings. Strategies for developing ornamental designs are carried out as part of adaptation to the development of global art. The Intrinsic ornamental variety development model that emphasizes of distillation, transformed, distorted and develops ornamental variety with extrinsic powers, namely the value of meaning or symbolic. The implementation of elements of tradition with alternative art media becomes part of the dynamics of cultural development that has the opportunity to process, change, enrich and transform the work of art in accordance with the times. Visualization of this tradition often appears in the visual form of signs or markers in contemporary art. The exploration and implementation of the Kamasan Classic Balinese painting with buffalo skull is expected to provide an enrichment of the visuality of traditional artifacts in Indonesian contemporary paintings. ABSTRAK Dalam pembuatan suatu karya seni kontemporer dibutuhkan suatu kreativitas dan kesadaran akan nilai-nilai lokalitas, elemen visual tradisional dengan mengambil visualisasi masa lalu dan masa kini dalam wacana sosial budaya. Objek material penciptaan lukisan ini akan mengembangkan unsur dekoratif dari lukisan tradisi klasik Bali Kamasan, dengan eksplorasi pelukisan pada media alternatif seni rupa yakni menggunakan media objek tiga dimensi organik yakni tengkorak kepala kerbau. Representasi karya cenderung bercorak ornamentik, mengadaptasi karakter bentuk, dan kandungan filosofis dari lukisan Klasik Kamasan. Strategi pengembangan ragam hias dilakukan sebagai bagian adaptasi terhadap perkembangan seni rupa global. Model pengembangan ragam hias secara Intrinsik lebih mengedepankan pada proses distilasi, ditransformasi, didistorsi maupun mengembangkan ragam hias dengan kekuatan ekstrinsik yaitu nilai makna atau simbolis. Implementasi elemen tradisi dengan media seni alternatif menjadi bagian dinamika perkembangan kebudayaan yang berpeluang untuk mengolah, merubah, memperkaya maupun proses transformasi karya seni sesuai dengan perkembangan zaman. Visualisasi tradisi ini seringkali muncul dalam bentuk visual tanda-tanda ataupun penanda pada karya-karya seni kontemporer. Eksplorasi dan implementasi lukisan Klasik Bali Kamasan dengan media lukis tengkorak kepala kerbau diharapkan dapat memberikan pengayaan visualitas artefak tradisi pada karya-karya seni lukis kontemporer reflection provides an understanding of all the activities of various components of the work of human works as a related entity in a network with one another. Language, myth, religion, and art and artists as human creators are not unrelated, but rather integrated into a single bond. I Nyoman Sukari as an artist, has a pluralistic and multicultural variety of artistic achievements bringing all the charm, experience, mystery, stories, mythology of Bali and Java inherent in his body, mind, and soul. The philosophical issues in Sukari's paintings are full of Balinese locality values and their multicultural nature; religiosity, mythology, history, scale, tradition art, cross-culture, and contemporary or globalization issues become more complex and multi-layered in aesthetic and metaphysical terms. In this article, I will investigate and study with a hermeneutic-metaphysical approach; what is the nature of the art for I Nyoman Sukari, how far the basic principles of Hindu aesthetics reflect in his art, how Sukari understands the world of metaphysics and then interprets all inner and worldly issues Sekala-niskala, how to negate Hindu-Balinese philosophy and the contemporary world to give birth the narratives of spirituality through painting with metaphors and symbolizations. Keywords Metaphysics, Painting, Hindu-Balinese Philosophy, Aesthetics, Pertunjukan Indonesia di Era GlobalisasiR M Soedarsono, Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, Edisi ketiga yang diperluas Yogyakarta Gadjah Mada University Press, 2002, HoltMelacak Jejak Perkembangan Seni Di IndonesiaTerj R M SoedarsonoClaire Holt, Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia, terj. Soedarsono Bandung MSPI, 2000, 242, baca lebih lanjut pada bab 7 mengenai Seni Plastis Bali Tradisi Dalam Theories of Social ChangePustaka BoskoffPustaka Boskoff, Alvin. "Recent Theories of Social Change" dalam Warner J. Cahnman dan Alvin Boskoff, ed., Sociology and History. London The Free Press of Glencoe, A Haviland. R AntropologiSukadijoWillian A. Haviland, Antropologi, jilid. 2, terj. Sukadijo Jakarta Erlangga, 1988, Seni Lukis KamasanEka Suprihadi Dan NunungNurdjantiEka Suprihadi dan Nunung Nurdjanti " Vibrasi Seni Lukis Kamasan", Laporan Penelitian, ISI Yogyakarta, Program Hibah Bersaing A2 2006, Rupa Klasik" dalam Moctar Kusuma-AtmadjaWiyoso YudoseputroWiyoso Yudoseputro, "Seni Rupa Klasik" dalam Moctar Kusuma-Atmadja, et al., ed., Perjalanan Seni rupa Indonesia Dari Zaman Prasejarah Hingga Masa Kini Bandung; Panitia Pameran KIAS 1990-1991, Seni Lukis Klasik Bali dengan Seni Rupa Modern pengawal signifikan dari seni lukis tradisional Bali, maka ia sering dikategorikan sebagai seni lukis klasikPita MahaKoalisiPita Maha 'Koalisi' Estetik Seni Lukis Klasik Bali dengan Seni Rupa Modern pengawal signifikan dari seni lukis tradisional Bali, maka ia sering dikategorikan sebagai seni lukis VickersBali A ParadiseCreatedAdrian Vickers, Bali A Paradise Created Singapura Periplus Editions, 1996, Lukis Mooi Indie sampai Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia 1950-1979 Kontinuitas dan PerubahanM BurhanAgusBurhan, M. Agus. "Seni Lukis Mooi Indie sampai Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia 1950-1979 Kontinuitas dan Perubahan". Disertasi untuk mendapatkan gelar Doktor Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Mei Pertunjukkan dan Seni Rupa dalam Perspektif Arkeologi SeniTimbul HaryonoHaryono, Timbul. Seni Pertunjukkan dan Seni Rupa dalam Perspektif Arkeologi Seni. Surakarta ISI Solo Press, 2008. The seni bina neoklasik Ia adalah gaya seni bina yang dihasilkan pada abad kelapan belas dan awal abad kesembilan belas. Jenis seni bina ini, dalam bentuk yang paling tulen, dicirikan oleh kebangkitan seni bina klasik atau sisi lain, seni bina neoklasik kebanyakannya dikenali sebagai menandakan kepulangan ke arah dan rasionaliti selepas Baroque jenama baru dan cahaya hiasan Rococo. Rasa baru untuk kesederhanaan kuno mewakili reaksi terhadap kelebihan gaya Baroque dan Rococo. Tambahan pula, ciri-ciri kebesaran skala, kesederhanaan bentuk geometri, perintah Greek terutamanya Doric, penggunaan dramatik tiang, butiran Roman dan pilihan untuk dinding permulaan abad ke-19, hampir semua seni bina baru kebanyakan negara di Eropah, Amerika Syarikat dan Amerika Latin penjajah mencerminkan semangat neoklasik. Pada masa ini, seni bina neoklasik merupakan salah satu gaya pembinaan yang paling popular di beberapa rujukan, Revolusi Perindustrian adalah salah satu faktor yang paling berpengaruh untuk pemanjangan seni bina neoklasik pada abad ke-19; perubahan gaya hidup pada masa itu mencapai gaya yang diperluaskan oleh Eropah dan oleh sebahagian Asal Reaksi terhadap seni Baroque dan Pengaruh seni bina Pengaruh Pengembangan neoklasikisme 2 Pembangkang untuk Baroque dan Unsur Urbanisme Neoklasik3 Di Asal-usul seni bina neoklasik Pembangunan seni bina neoklasik di Perancis4 Seni bina Neoklasik di Asal-usul dan sejarah senibina neoklasik Pembangunan seni bina neoklasik di Sepanyol5 Wakil dan kerja Francisco Puerta de Jacques Germain Paris Pantheon6 RujukanAsal Reaksi terhadap seni Baroque dan klasikBentuk-bentuk senibina neoklasik terawal abad kelapan belas tumbuh selari dengan Baroque. Ini berfungsi sebagai pembetulan kepada ciri-ciri pemborosan gaya terakhir dilihat sebagai sinonim "kembali ke kesucian" seni Rom, persepsi yang sesuai untuk seni Greek purba dan sebahagian kecilnya Renaissance klasisisme abad keenam Rom purba Vitruvius adalah orang yang teori tiga pesanan Greek Ionic, Doric dan Corinthian dan rujukan yang besar arkitek untuk menggambarkan pengubahsuaian kepada bentuk-bentuk, daripada separuh kedua abad kelapan belas sehingga kira-kira seni bina PalladianKembali ke gaya seni bina klasik yang baru dikesan dalam senibina Eropah pada abad kelapan belas, yang diwakili di Britain oleh seni pallama seni bina yang baroque yang dihasilkan di Eropah tidak pernah menjadi rasa bahasa Inggeris, jadi dari sana muncul idea menyoroti kesucian dan kesederhanaan seni bina berasal dari arkitek Itali, Andrea Palladio dan tersebar di seluruh Eropah pada abad ke-18. Di sana dia langsung mempengaruhi senibina neoklasik, berkongsi rasa yang sama untuk gaya gaya Palladianisme yang popular, terdapat rujukan yang jelas mengenai gaya seni bina yang PencerahanSelari dengan pergerakan neoklasik, abad cahaya lebih dikenali sebagai ilustrasi, berkembang pesat. Oleh sebab itu, Encyclopedia mempunyai pengaruh yang hampir langsung terhadap pemikiran dan adat istiadat manusia. Sebenarnya, neoklassicism adalah kecemerlangan seni yang muncul dalam pengertian ini, membiayai pembinaan yang dapat menyumbang kepada perbaikan manusia seperti hospital, perpustakaan, muzium, teater, taman, antara bangunan lain untuk kegunaan awam; semua pemikiran dengan watak monumental. Ini baru orientasi mentaliti digambarkan dibuat seni bina Baroque terakhir ditolak dan berfikir lebih jauh kembali ke masa lalu untuk mencari satu model seni bina sah kritikal dilahirkan yang mempertahankan keperluan untuk fungsi, serta keperluan untuk membuat bangunan di mana semua bahagiannya mempunyai fungsi penting dan praktikal. Iaitu, perintah arkitek adalah elemen yang membina dan bukan hanya arkitek dalam tempoh ini bermula dari andaian umum rasional dalam pembinaan dan pulangan ke masa lalu bangunan-bangunan Yunani dan Rom yang menjadi neoklasikisme Pada pertengahan abad kelapan belas pelbagai kerja dengan pengaruh klasik gaya Yunani purba dan Rom telah diperbadankan. Peralihan dari perubahan kepada seni bina neoklasik bermula pada tahun dia mendapat pengaruh di England oleh gaya popular Palladianisme dan oleh penggalian ahli fizik Ireland William Hamilton di Pompeii; dan di Perancis, oleh sekumpulan pelajar Perancis yang berpendidikan di Itali, khususnya di Naples, arkitek seperti Luigi Vanvitelli dan Ferdinando Fuga cuba memulihkan bentuk klasik dan Palladian senibina Baroque mereka. Kemudian, ia merebak ke Venice dan di Verona dengan pembinaan lapidaries pertama dalam gaya Florence menjadi pusat neoklassikisme yang paling penting di semenanjung. Walau bagaimanapun, gaya Rococo kekal popular di Itali sehingga ketibaan rejim Napoleon, yang membawa klasikisme neoklasik kedua lebih teruk, sedar dan dikaji; kedatangan Empayar Napoleon adalah asas. Fase pertama di Perancis dari neoklasisme dinyatakan dalam gaya Louis terhadap Baroque dan RococoDalam zaman senibina neoklasik, para ilustrator menekankan isu-isu etika dan moral klasik. Perbezaan antara Baroque, Rococo gaya sebelumnya dan enoclĂĄsico jelas ditandakan dalam seni contoh, Biara Ottobeuren di Bavaria, Germany, adalah penjelmaan yang jelas terlalu megah dengan gulung plaster dan batu emas, warna suka bermain dan hiasan diukir; Di sisi lain, Mahkamah Agung Amerika Syarikat adalah bertentangan dengan gaya sebelumnya, sebagai karya khas dari erti kata lain, seni bina neoklasik bertindak balas terhadap kesan hiasan dan boros dari Baroque dan Rococo; iaitu, kesederhanaan adalah kecenderungan keupayaan arkitekonik dan ia dikenakan terhadap hiasan dua gaya klasikSeni bina neoklasik dicirikan dengan menyampaikan unsur-unsur asas seni bina klasik. Lajur menyampaikan perintah seni bina Doric dan Ionic dari Yunani seni bina klasik, ia menyajikan lajur bebas dengan garis-garis yang bersih dan elegan. Mereka digunakan untuk membawa berat struktur bangunan dan kemudian sebagai elemen Doric dicirikan dengan dikaitkan dengan dewa maskulin, tidak seperti Ionik, yang dikaitkan dengan feminin. Dalam seni bina neoklasik, jenis Doric didominasi, walaupun beberapa orang Ionik juga bangunan itu rata dan panjang; selalunya mereka membentangkan skrin lajur bebas tanpa menara dan kubah; kerana ia dicirikan dalam senibina Romanesque, sebagai luarnya dibina dengan tujuan membuat perwakilan kesempurnaan klasik serta pintu dan tingkap yang dibina untuk tujuan yang sama. Bagi hiasan di luar, mereka diterbitkan semula kepada neoklasik cenderung untuk menekankan sifatnya yang rata, bukannya sejumlah patung, serta pelepasan rendah dalam kerja-kerja. Walau bagaimanapun, mereka cenderung dibingkai dalam hiasan, tablet atau neoklasikNeoklasik juga mempengaruhi perancangan bandar. Rom kuno menggunakan skema yang disatukan untuk perancangan kota, yang kemudian ditiru oleh grid jalanan, forum pusat dengan perkhidmatan bandar, dua jalan utama dan jalan pepenjuru adalah ciri reka bentuk Rom. Urbanisme Rom dicirikan dengan logik dan teratur. Dalam pengertian ini, neoklassikisme mengamalkan corak perancangan bandar ini memasuki bandar-bandar moden yang dirancang pada abad ke-18. Contoh-contoh yang luar biasa termasuk bandar Jerman Karlsruhe dan bandar Washington DC di AS. Di PerancisAsal-usul seni bina neoklasik Perancisgaya neoklasik di Perancis telah dilahirkan pada abad awal dan pertengahan kelapan belas sebagai tindak balas kepada penggalian arkeologi di bandar Rom purba Herculaneum dan Pompeii, yang mengeluarkan gaya dan reka bentuk sana, beberapa penggalian bermula di selatan Perancis dengan idea mencari kekal dari zaman Rom. Penemuan ini membangkitkan kepentingan pengetahuan zaman dahulu. Di samping itu, penerbitan telah dibuat - walaupun dengan ilustrasi - yang dibaca oleh aristokrat dan arkitek yang berpengalaman..Jacques Gabriel - teori bahawa seni bina neoklasik Perancis muncul dengan penciptaan Place de la Concorde, Paris, ciri-ciri kesederhanaan, dan Trianon Petit di Versailles mudah dan bebas daripada hiasan berlebihan yang direka oleh arkitek Ange ia muncul sebagai pembangkang untuk hiasan berlebihan Baroque dan Rococo dan diperluaskan kira-kira antara tahun 1760 dan 1830. Ia adalah gaya dominan dalam pemerintahan Louis XVI, melalui Revolusi Perancis, sehingga ia telah digantikan oleh saat pertama rasa untuk yang lama dan klasik adalah tidak sempurna; kepantasan ketenangan, garis lurus, koloni dan pediment Greco-Rom dinyatakan dalam seni bina agama dan sivil seni bina neoklasik di PerancisKira-kira pada tahun 1740, rasa Perancis sedikit berubah dan hiasan dalaman menjadi kurang dan kurang mewah, tipikal gaya Baroque dan perjalanan Itali benar-benar mengubah mentaliti seni Perancis dengan tujuan mewujudkan gaya baru berdasarkan bangunan dengan kecenderungan Romawi dan Yunani, semasa pemerintahan Louis XV dan Louis XVI. Dalam tahun-tahun baru-baru ini Louis XV dan sepanjang pemerintahan Louis XVI dan merupakan gaya neoklasik di kediaman diraja dan dalam kebanyakan bilik darjah dan kediaman golongan bangsawan kilang, kesederhanaan dalam jumlah bangunan, penggunaan terhad hiasan dan perhiasan diilhamkan oleh Greco-Roman, menang dalam seni bina neoklasik di Perancis. Di samping itu, friezes Greek, kalungan, daun kelapa, skrol, dan sebagainya telah ketibaan Napoleon Bonaparte menjadi kuasa pada tahun 1799, gaya arsitektur neoklasik akhir telah dikekalkan; antara arkitek paling berpengaruh ialah Charles Percier dan Pierre-François-LĂ©onard Fontaine, yang merupakan arkitek untuk maharaja baru telah ditandai oleh ciri-ciri neo-klasik pakaian seragam neo-klasik yang biasa dimodelkan pada petak dibina oleh Louis XVI facades dan reka bentuk dalaman bina Neoklasik di SepanyolAsal-usul dan sejarah senibina neoklasik SepanyolSeperti di Perancis, Sepanyol Saya didorong pada permulaan seni bina neoklasik selepas ekspedisi dan penggalian arkeologi Herculaneum dan Pompeii, dan sebagai bentuk penolakan seni Baroque telah diganggu dengan menggantikan dinasti Habsburg daripada Bourbons oleh Raja Philip V. Apabila Philip V telah dipasang di atas takhta Sepanyol, membawa tradisi seni Perancis juga gerakan intelektual berorientasikan separuh kedua abad ke-18, rasa untuk neoklasik telah dikenakan, lebih tepat. Ini berlaku terima kasih kepada Akademi Seni Halus San Fernando untuk keinginan Fernando kedatangan Carlos III ke takhta pada tahun 1760, raja baru membuat Akademi untuk mewujudkan dirinya dengan cara yang lebih jelas; dalam pengertian ini, menyokong penggalian kota-kota Herculaneum dan Pompeii, sebagai raja tertarik pada masa lalu klasik dan arsitektur di Sepanyol mempunyai titik yang sama dengan negara-negara Eropah yang lain kepentingan dalam klasik, dalam penggalian arkeologi dan penolakan arsitektur Baroque dan seni bina neoklasik di SepanyolWalaupun karya seni bina pertama dibuat di bawah pemerintahan Fernando VI, ia berkembang di bawah pemerintahan Carlos III dan bahkan dalam pemerintahan Carlos IV. Projek yang tercerahkan pada masa itu termasuk seni bina bukan sahaja untuk campur tangan tertentu, tetapi harus termasuk satu siri penambahbaikan untuk kehidupan sebab ini, penambahbaikan dalam perkhidmatan kumbahan, jalan-jalan dengan pencahayaan, hospital, tugas air, taman-taman, tanah perkuburan telah dibangunkan dalam tempoh ini; antara kerja awam yang lain. Hasratnya adalah untuk menyediakan penduduk dengan aspek yang lebih mulia dan mewah yang bermotivasi oleh Carlos III bertujuan untuk menjadikan Madrid sebagai ibukota Seni dan Sains, yang merupakan sebab mengapa projek bandar besar urban utama Madrid adalah SalĂłn del Prado yang dirancang oleh Juan de Villanueva. Di samping itu, Balai Cerap Astronomi Diraja, Hospital San Carlos lama, Taman Botani, Muzium Prado semasa, pancutan Cibeles dan pancutan dan kerja merekaFrancisco SabatiniFrancisco Sabatini dilahirkan di Palermo, Itali pada tahun 1721 dan mempelajari seni bina di Rom. Beliau mendirikan hubungan pertamanya dengan kerajaan monarki Sepanyol ketika ia ikut serta dalam pembangunan Istana Caserta untuk Raja Napoli dan Charles VII..Apabila Carlos III naik takhta Sepanyol, dia memanggil Sabatini untuk menjalankan kerja-kerja seni bina utama, meletakkannya di atas arkitek terkenal Sepanyol..Karya-karya Sabatini termasuk dalam tradisi neoklasik; Walau bagaimanapun, ia tidak diilhami oleh pergerakan itu, tetapi oleh seni bina Renaissance de AlcalĂĄPuerta de AlcalĂĄ adalah sebuah gerbang diraja yang didirikan sebagai gerbang kejayaan untuk perayaan kedatangan Raja Carlos III di kota Madrid, direka oleh arkitek Itali Francisco Sabatini pada tahun 1764. Ia kini merupakan salah satu simbol Madrid dan di katalog sebagai monumen neoklasik yang terletak di Plaza de la Independencia di Madrid. Ia dianggap sebagai gerbang triumphal pasca roman moden yang dibina di Eropah. Pintu mempunyai ketinggian kira-kira meter, dengan baik. Di samping itu, ia mempunyai tiga gerbang besar dan dua lorong segiempat yang lebih kecil. Fasad ini menyajikan satu siri elemen hiasan dengan kumpulan patung, ibu dan relief khas seni Germain SoufflotJacques Germain Soufflot dilahirkan pada tahun 1713 di Irancy, dekat Auxerre, Perancis. Pada tahun 1730-an beliau menghadiri Akademi Perancis di Rom, sebagai salah seorang pelajar Perancis muda yang kemudiannya menghasilkan generasi pertama pereka neoklasik. Kemudian, dia kembali ke Perancis di mana dia berlatih di Lyon dan kemudian pergi ke Paris untuk membina satu siri kerja seni bina. Ciri-ciri Soufflot terdiri daripada arked bersatu antara penggubah Doric rata, dengan garis mendatar, yang diterima oleh Akademi adalah salah seorang arkitek Perancis yang memperkenalkan Neoclassicism di Perancis. Kerja yang paling cemerlang adalah Pantheon of Paris, yang dibina dari tahun semua arkitek neoklasik, Soufflot menganggap bahasa klasik sebagai elemen penting dalam karya-karyanya. Dia menonjol kerana ketegaran garis, ketegasan dalam bentuk, kesederhanaan kontur dan konsepsi seni bina yang ParisPantheon di Paris adalah karya seni bina Perancis yang dibina antara 1764 dan 1790. Ia telah diiktiraf sebagai monumen penting pertama di ibu kota Perancis. Ia terletak di Latin Quarter, berhampiran dengan Taman mulanya, pembinaan itu diarahkan oleh Jacques-Germain Soufflot dan selesai dengan arkitek Perancis Jean Baptiste Rondelet pada tahun 1791. Pada asalnya, ia dibina sebagai gereja untuk rumah-rumah relik, tetapi selepas banyak perubahan dari masa ke masa, ia menjadi makam sekular yang mengandungi jenazah warganegara Perancis yang di Paris adalah contoh yang unik dari neoclassicism, dengan wajah yang mirip dengan Pantheon di Rom. Soufflot mempunyai niat untuk menggabungkan kecerahan dan kecerahan katedral dengan prinsip-prinsip klasik, jadi peranannya sebagai makam memerlukan tingkap Gothic yang besar Neoklasikal, penerbit Ensiklopedia Britannica, Diambil dari Neoklasik, Wikipedia dalam bahasa Inggeris, Diambil dari Neoklasik Amerika Ciri-ciri dan Contoh, Christopher Muscato, Diambil dari Bina Neoklasik, Ensiklopedia Portal Sejarah Seni, Diambil dari Bina Neoklasik di Sepanyol, Portal Art España, Diambil dari Rococo dan Neoclassicism esei perbandingan dan kontras, penyunting tulisan Bartleby, 2012. Diambil dari Seni Bina Neoklasikal, Portal Thoughtco., 2018. Diambil dari bina nĂ©o-classique, Wikipedia dalam bahasa Perancis, Diambil dari The lukisan neoklasik Ia adalah gerakan luas Neoclassicism yang dibangunkan di seluruh benua Eropah, bermula pada 1760. Ia mencapai pengaruh terbesarnya dalam dekad-dekad tahun 1780 dan 1790, yang tinggal sehingga sekitar tahun Neoklasik menekankan reka bentuk linear dan representasi tema klasik dengan menggunakan konfigurasi arkeologi yang betul dan pakaian seni klasik kuno. Gaya bergambar neoklasik menekankan kualiti kontur, kesan cahaya dan kekuasaan cahaya dan warna neoklasik memberikan nilai yang sangat penting kepada perwakilan pakaian, senario dan butiran mata pelajaran klasik mereka dengan kepintaran yang paling tinggi dan kebijaksanaan sejarah yang mungkin; sejauh mana insiden dapat digambarkan dengan tepat di halaman karya klasik, mitologi, karya Virgil, Ovid, Sophocles; serta peristiwa pertama Revolusi Perancis, mereka menjadi inspirasi bagi pelukis zaman neoklasik. Ini menjadikan mereka mengembangkan pelbagai komposisi yang diiktiraf sebagai karya seni Pengaruh Jelajah Besar Penggalian Lukisan neoklasik awal2 Neoklasik terhadap Wajah dan ungkapan Perspektif Komposisi3 Penulis dan karya yang Jacques Ingres Jean-Auguste-Dominique4 RujukanAsalPengaruh Jelajah Besar EropahPada pertengahan abad ke-XV, perjalanan telah dirancang yang mempunyai maksud untuk menyeberang beberapa kota di Eropah, yang bergerak terutama di kereta api. Perjalanan yang ditinggalkan dari England, melalui Perancis, sehingga akhirnya tiba di peserta Tour Grand adalah intelektual masa atau golongan muda status sosial yang baik, yang mempunyai tujuan untuk mengetahui dan menjadi akrab dengan budaya pengertian ini, banyak artis yang ingin mencapai salah satu destinasi terakhir Grand Tour Rom. Dari sana, ilusi "kembali" kepada arkeologiLukisan Neoklasik dicirikan dengan melibatkan peristiwa, watak dan tema seni Yunani dan Rom. Penampilannya sangat dirangsang oleh minat ilmiah pada abad kelapan belas, di tengah-tengah Pencerahan. Selepas beberapa siri penemuan arkeologi, terutamanya penggalian di bandar-bandar Rom dikebumikan di Herculaneum bermula pada 1738 dan Pompeii bermula sepuluh tahun kemudian, peningkatan dalam kepentingan dalam pembaharuan seni Greco-Roman ia telah arkeologi dan seniman pertama penemuan di kota-kota Rom disediakan untuk orang ramai melalui penerbitan semula yang terukir dengan teliti. Hasrat untuk meniru prinsip seni Yunani adalah apa yang menjana kemunculan neoklasik awalAhli sejarah Jerman Johann Joachim Winckelmann sangat berpengaruh untuk pelukis neoklasik awal; Jerman mengambil gaya Greco-Rom sebagai "juara" semua gaya sebab itu, pelukis pertama sekolah neoklasik berdasarkan idea Winckelmann. Ramai artis adalah pelajar Raphael Mengs, Perancis, Joseph Marie Vien dan pelukis Itali Pompeo Girolamo Batoni adalah pelopor lukisan neoklasik; mereka aktif pada tahun 1750, 1760 dan komposisinya termasuk susunan dan susunan kiasan yang tipikal dari arca Yunani, mereka masih sangat melekat pada Rococo gerakan seni sebelumnya.Ciri-ciriTemaSalah satu ciri yang paling ketara lukisan neoklasik adalah kepekatan budaya Yunani dan Rom. Tema mitos, sebagai tambahan kepada keutamaan bogel lelaki berani, tipikal seni Greco-Rom, adalah biasa dalam komposisi Homer Iliad dan The Odyssey serta puisi Petrarca, merupakan sumber inspirasi untuk pelukis gaya ini; manakala beberapa tahun kemudian, Revolusi Perancis adalah protagonis komposisi utama komposisi baru ini mempunyai makna propagandis yang memihak kepada Napoleon Bonaparte. Peristiwa-peristiwa yang paling penting dalam revolusi telah diwujudkan, pengorbanan pahlawan, serta nilai-nilai revolusi melalui banyak kes peluk tidak menyerlahkan adegan atau lagu-lagu cerita, tetapi bertindak sebagai sejenis kesinambungan atau akibat dari kisah-kisah tersebut. Adalah juga kebiasaan untuk memberitahu kisah-kisah masa lampau yang terhadap RococoNeoclassicism adalah ungkapan pemikiran yang tercerahkan. Oleh sebab itu, banyak komposisi, melampaui tujuan artistik dan estetik, memenuhi fungsi mendidik seperti yang dituntut oleh pergerakan intelektual pada masa kira-kira tahun 1760, yang ensiklopedia Perancis Denis Diderot dialamatkan suatu kritikan terhadap Rococo, di mana beliau mendakwa bahawa seni itu bertujuan pendidikan digabungkan dengan moralizing didaktik. Dalam erti kata itu, sifat neoklasik adalah untuk mengkritik Rococo yang mewah dan lukisan neoklasik pencahayaan yang dramatik, terang dan sejuk berlaku, umumnya berpusat pada protagonis komposisi. Teknik chiaroscuro digunakan; Peruntukan lampu dan bayangan yang umumnya, protagonis kerja itu disusun di tengah-tengah lukisan dengan pencahayaan yang lebih sengit, meninggalkan dalam kegelapan kegemilangan seluruh watak-watak dalam perbandingan dengan Rococo, ia tidak mempunyai warna pastel yang meminjamkan diri kepada kekeliruan lukisan dan sebaliknya warna asid digunakan. Permukaan lukisan itu dicirikan oleh halus dan sangat bersih sehingga penanda berus penulis tidak muka dan tubuhPembalut putih pahlawan komposisi diserlahkan, yang menunjukkan kecederaan dan kemurungan protagonis. Komposisi umum agak teater; iaitu ekspresi muka dan gerak isyarat untuk menunjukkan kesakitan yang komposisi boleh dikaitkan walaupun sebagai gambar adegan bergerak. Bukan sahaja protagonis komposisi menyatakan penderitaan; para sahabat wanita dan lelaki menyatakan kemurungan yang postur dan perasaan kesedihan dan penderitaan, kesakitan seperti itu tidak mengubah wajah angka-angka. Untuk tahap tertentu, pelupusan tubuh watak-watak itu dicirikan dengan agak tidak selesa. Perspektif linearPerspektif linear adalah teknik di mana seniman neoklasik memproyeksikan tiga dimensi pada permukaan dua dimensi untuk umum rasa kedalaman kepada lukisan neoklasik, ia dicontohkan dalam perkadaran angka; iaitu, mereka meletakkan angka-angka yang lebih kecil untuk memberi perasaan bahawa mereka jauh dari tokoh pusat yang biasanya lebih besar saiznya sehingga memberikan perasaan Neoklasikis menekankan tema tunggal dan kekurangan tema lain dalam lukisan yang boleh mengganggu penonton. Sebaliknya, kebanyakan lukisan dibuat di minyak pada pesawat pertama, sebilangan kecil tokoh manusia dicat, sementara di persekitaran angka lain dengan penggunaan kedalaman amnya angka yang muncul di pusat komposisi mempunyai ciri-ciri anatomi sempurna abs sempurna dikunyah, yang ideanya diekstrak dari ukiran dan kerja-kerja cemerlangJacques Louis-DavidJacques Louis-David dilahirkan pada 30 Ogos 1748 di Paris, Perancis, dan telah dianggap wakil lukisan neoklasik memenangi pujian yang hebat dengan tema-tema klasiknya, seperti salah satu daripada karya-karyanya yang paling terkenal Sumpah Horatii, daripada Revolusi Perancis dimulakan pada tahun 1789, beliau berkhidmat sebagai pengarah seni secara ringkas dan melukis pemimpin dan martirnya dalam kerja Kematian Marat, menjadi salah satu daripada imej Revolusi Perancis yang paling mencapai kemasyhuran kebangsaan dan antarabangsa, beliau dinamakan pelukis Napoleon Bonaparte. Sebagai tambahan sebagai pelukis peristiwa sejarah, beliau berkhidmat sebagai seorang potretis yang HoratiiSumpah Horatii Ini adalah karya Jacques Louis-David yang dicat pada tahun 1784. Lukisan itu dengan cepat menjadi satu kejayaan dalam menghadapi kritikan pada masa itu dan hari ini dianggap salah satu rujukan terbesar lukisan itu mewakili legenda Rom mengenai pertikaian antara dua bandar yang dihadapi Rom dan Alba Longa. Ia telah diilhamkan sebagai momen yang penuh dengan penuh ketenangan, keberanian dan patriotisme. Di dalam karya itu, ia mencerminkan konfrontasi tiga saudara, Horatti, terhadap bapanya, yang menawarkan kehidupan mereka untuk memastikan kemenangan Rom dalam perang melawan Alba komposisi lukisan itu, latar belakang tidak menonjol dan memberi tumpuan kepada watak-watak utama kerja tiga saudara lelaki dan bapa, tetapi lebih kepada bapa.Jean-Auguste-Dominique IngresJean-Auguste-Dominique Ingres dilahirkan pada 29 Ogos 1780 di Montauban, Perancis. Ia adalah salah seorang pelajar Jacques Louis-David, yang terkenal dengan lukisan yang teliti untuk mengekalkan gaya bergantung pada reka bentuk linear dalam lukisannya, dengan pesawat cetek dan warna yang diredam. Dia membuat nudes yang menjadi terkenal Mandi Turki pada tahun 1862 atau The Great Odalisque pada tahun 1814. Kedua-dua komposisi pada dasarnya adalah sejuk tipikal neoklasik dan dilaksanakan dengan TurkiMandian Turki adalah lukisan minyak yang dicat pada kanvas yang dipasang pada kayu oleh Ingres Jean-Auguste-Dominique Perancis antara 1852 dan 1859 dan diubahsuai pada tahun itu menunjukkan sekumpulan wanita telanjang di kolam harem; disifatkan oleh erotik yang membangkitkan gaya Barat di Timur dan dikaitkan dengan tema mitologi ini memperluaskan satu siri motif yang telah diterokai oleh Ingres dalam lukisan lain, sebagai contoh Kapten Valpinçpada 1808 dan The Great Odalisque 1814.RujukanLukisan Barat Neoklasik dan Romantik, Arthur Frank Shore, Robin Sinclair Cormack, David Irwin dan lain-lain, Diambil dari Neoclassiscism, Portal ArtHistoryUnstuffed, 2009. Diambil dari Neoklasik, Ensiklopedia Sejarah Seni, Diambil dari Neoclassicism Terkenal, Pengantara Portal, Diambil dari Neoklasik dan Romantik, Portal Kemanusiaan Penting, Diambil dari Neoklasik, Wikipedia dalam bahasa Sepanyol, Diambil dari

karya seni yang mempunyai gaya klasik adalah